Selasa, 27 April 2010

Menyeimbangkan kebutuhan otak dan hati

Dalam lingkungan global seperti sekarang ini, maka bekal bagi seorang anak manusia tidaklah cukup hanya melalui pendidikan formal yang ditempuh melalui beberapa jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.

Pendidikan non formal justru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam upaya mencerdaskan seorang anak manusia. Kemajuan teknologi komputer dan informasi yang ditunjang aspek telekomunikasi telah menjadi media yang significant dalam dunia pengajaran formal dan non formal. Dunia maya internet yang kaya akan berbagai sumber informasi begitu terbuka dan mudah diakses. Bahkan banyak sekali yang memberikannya secara cuma-cuma.

Free informasi yang terbuka menjadikan upaya filterisasi atas konten yang ada menjadi terkendala. Beberapa hal yang seharusnya belum atau tidak layak konsumsi menjadi makanan empuk para remaja dan bahkan anak-anak. Inilah yang patut diwaspadai dan menjadi konsen perhatian para orang tua agar para anak dan remaja tidak terjebak dalam hal-hal yang seharusnya tidak diperkenankan.

Jaman sekarang jauh berbeda dengan masa kecilku. Siaran televisi pada masa aku masih kecil begitu terbatas. Televisi pemerintah mendominasi siaran. Swasta dengan berbagai konten dan iklan-iklannya tidak ada atau sangat minim sekali. Bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi sudah ada TV Cable, TV Satelit. Teknologi perekaman yang jaman dahulu dalam bentuk pita tape sekarang sudah dalam format yang begitu mudah disebarluaskan melalui media seperti CD, Flash Disk, Hard Disk, Share file, dll

Tidak mengherankan apabila perilaku anak jaman sekarang cenderung lebih cepat dewasa karena masukan informasi yang begitu luas. Inilah tantangan nyata para orang di masa kini.

Walau pada jamanku dulu, informasi yang kuterima masih terbatas, namun ayahku sebagai seorang guru dan juga tokoh masyarakat di kampung tetap berupaya memberikan bekal lain kepadaku agar aku nantinya punya filter-filter yang dapat digunakan untuk menyaring kenyataan hidup secara benar dan tepat.

Aku teringat bahwa waktu aku masih kecil, ayah rutin mengumpulkan anak-anak di kampungku pada malam minggu sehabis magrib. Apa yang dilakukan? Ayah mengajari kami 'mengaji' mulai dari mengeja alif ba' ta serta tanda baca hingga membaca dan menghapal surat-surat pendek yang ada di juz 'amma - juz ke-30 dari Al Quran.

Selain itu untuk membiasakan anak-anaknya menjadi anak yang konsen dalam menjalankan ibadah khususnya sholat dan puasa, ayahku mengalokasikan ruangan khusus untuk pelaksanaan sholat. Bahkan setiap bulan romadhan rumah ayahku yang cukup luas dijadikan tempat untuk melakukan solat tarawih - yaitu sholat sunnah malam berjamaah yang dilakukan sehabis sholat isya'.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus dan juga sebagai orang tua harus bisa bertindak lebih maju dan lebih baik di banding para pendahulu kita. Jangan sampai kita malah menjadi generasi yang lebih buruk dari yang lebih dahulu meninggalkan kita. Sunggung tepatlah tauladan para nabi yang mulia sebagaimana yang tergambarkan dalam ayat-ayat Al Quran seperti Ibrahim dan Ya'kub yang selalu menekankan kepada para penerusnya akan pentingnya bertauhid dan beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.

Robbana Hablana min azwajina wa dzurriyatiina qurrotan a'yun waj'alna lilmuttaqiina imaama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar