Bukankah sudah jelas kalimat dari samawi “fa’asaa an takrahuu syaian wa yaj’alallahu fiihi khairan katsiiran” – Apabila kamu tidak menyukai sesuatu (ketahuilah) bahwa mungkin Allah akan menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Dalam wacana kehidupan kita senantiasa dihadapkan pada 2 hal yang berlawanan yang berujung pada kutup negatip dan positip, seperti ‘langit dengan bumi’, baik dengan buruk’, ‘jujur dengan dusta’, ‘iman dengan ingkar’, dllnya.
Kadang pikiran kita bertanya, kenapa sesuatu yang berkorelasi dengan ‘negatip’ harus ada atau diadakan? Bahkan kecenderungan menunjukkan yang ‘negatip’ itu cenderung lebih mudah untuk muncul dan menyeruak dalam kehidupan kita. Seperti inikah dunia yang harus kita jalani…? Pikiran atau statemen ‘negatip’ tersebut muncul sebagai akibat dari diagnosa atas berbagai tanda dan gejala yang ada.
Namun perlu disadari bahwa sesuai referensi tertinggi dari sang penguasa alam semesta sebagaimana telah didokumentasikan dalam literatur technology samawi, statetemen ‘negatip’ diatas tidaklah benar adanya. Bahkan cenderung bertentangan dengan kaidah prinsip yang ada sebagaimana tersurat pada Bab 3 ayat 191 (Ali Imron 191) dan Bab 49 ayat 12 (Al Hujurat 49) :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar