Ketika kita tinggal di suatu tempat, maka mau tidak mau kita harus menjadi bagian dari lingkungan di mana kita berada. Lingkungan paling kecil adalah keluarga kita, kemudian tetangga kita atau saudara kita dan kemudian membesar-membesar sesuai ukuran persahabatan atau pergaulan kita.
Dulu ketika masih kecil, aku tinggal di suatu kampung yang relatif jauh dari kota. Istilah Kampung sering dipersepsikan sebagai kelompok masyarakat yang kaya dengan kegiatan tradisional, budaya dan adat istiadat. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh lingkungan di mana aku tinggal adalah kegiatan ronda atau jaga malam.
Mengingat jumlah hari dalam seminggu ada 7 hari (senin s/d minggu), maka untuk keadilan dan kebersamaan diaturlah agar satu kelompok ronda terdiri dari sejumlah kepala keluarga (KK) yang dihitung dengan formula matematika "Jumlah KK dibagi 7". Sebagai warga yang baik, ayahku yang seorang guru juga mendapatkan tugas jaga. Namun agar tugas jaga tersebut tidak mengganggu aktifitas Beliau di esok hari, maka Beliau diberi waktu ronda malam minggu.
Kegiatan ronda dimulai dengan berkumpulnya para anggota ronda sesuai jadual yang telah ditetapkan dengan mengambil tempat secara bergilir di rumah para anggota kelompok. Waktu kumpul dimulai jam 10 malam s/d jam 2 atau 3 pagi. Bahkan kadang mendekati waktu subuh. Yang menarik nih, pada setiap ronda selalu ada hidangan kue dan minuman. Dan untuk membuang waktu menunggu saat keliling biasanya ada permainan seperti catur, remi, gaple dan lain-lain.
Sehubungan dengan kondisi ayah yang kadang-kadang capek, maka aku yang waktu itu masih sekolah di SMP jadi sering menggantikan ayahku ketika jadual waktu ronda tiba. Bahkan tidak hanya pada malam minggu saja aku mengikuti ronda malam. Beberapa malam sering aku lewati ikut ronda pada kelompok lain selain hari minggu. Hanya sekedar ikut menambah pengalaman bermain remi atau gaple.
Dari kegiatan ronda malam itulah ketrampilanku bermain gaple menjadi berkembang pesat. Dan itu teruji waktu kampungku mengadakan lomba gaple dalam rangka peringatan HUT KEMRI. Aku dan pasanganku berhasil merebut juara pertama.
Kisah ini memberikan inspirasi bahwa sebenarnya setiap diri itu diberi bekal dan intuisi untuk setiap hal. Namun berkembang tidaknya bekal tersebut tergantung dari diri manusia itu sendiri. Bila seorang manusia berkeinginan kuat dan kemudian berupaya untuk belajar dengan sepenuh hati dan kemudian menerapkannya maka insya Allah bekal itu akan menjadi kekuatan yang menghasilkan.
Mari kita mengasah bekal-bekal yang ada pada diri kita. Pengorbanan waktu, tenaga atau biaya dalah sesuatu hal yang biasa. Kita harus tanamkan bahwa itu adalah bagian dari investasi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar