Kamis, 08 April 2010

Belajar melalui "Dolanan"

Masa kanak-kanak adalah masa penuh vitalitas. Semua serba menyenangkan. Tidak ada rasa lapar ataupun capek dan lelah. Kegembiraan dan keasyikan bermain sendiri ataupun bersama teman-teman menjadikan waktu begitu cepat berlalu, sehingga seorang anak kadang lupa kapan harus makan, kapan harus istirahat dan kapan pula saatnya untuk mandi dan beribadah...

Untuk itulah kewajiban para orang tua agar selalu memonitor dan mengawasi para 'bocah' agar tetap berada dalam koridor keteraturan yang mendidik - tidak memaksa namun juga tidak membiarkan.

Dulu ketika masih kecil, aku pernah bermain menuju pantai dengan berjalan kaki bersama kawan-kawan sekampung. Tidak banyak sih, hanya sekitar 5 orang. Jarak tempuh sekitar 20KM bolak-balik. Tiada rasa lelah, walau kami telah berjalan cukup jauh, namun di pantai kami masih bermain pasir dan berlatih renang.

Kehati-hatian seorang bocah memang masih sangat kurang. Begitu juga aku waktu itu. Dengan beraninya aku masuk ke deburan ombak yang memecah pantai dengan tidak berpikir sama sekali tentang resiko terseret ombak ke tengah laut. Syukur alhamdulillah waktu itu walaupun aku sempat terseret ombak, namun hanya kaus baju yang terbawa ke laut.

Pengalaman lain terjadi saat aku bermain renang dengan kawan-kawan di area pertemuan arus air sungai di kawasan 'gejlik pitu'. Hampir saja aku terseret arus air yang berpusar di tengah-tengah sungai menuju ke bawah 'gejlik'.Syukur alhamdulillah aku masih diselamatkan oleh Sang Penjaga.

Hal yang sama terjadi ketika aku memanjat pohon kelapa yang berketinggian sekitar 12M. Aku kala itu bahkan berani menaiki pelepah daun kelapa dan menuju ke puncak kelapa. Atau ketika aku memanjat pohon melinjo setinggi pohon kelapa. Apa yang terjadi waktu itu? Ketika aku menginjak pelepah kelapa yang sudah kering - patahlah pelepah tersebut. Ketika aku memanjatkan kaki ke ranting melinjo - patahlah ranting tersebut. Syukur alhamdulillah aku masih diselamatkan dari kemungkinan kecelakan-kecelakaan tersebut.

Semangat ingin tahu, ingin mencoba bagi seorang anak adalah awal dari segalanya. Karena itu bagi para tetua, apabila melihat anaknya yang bersemangat untuk mencoba seseuatu hal, ada baiknya untuk tidak dilarang, namun juga tidak sepenuhnya dibiarkan. Harus tetap diawasi agar resiko-resiko yang mungkin timbul bisa diminimize dan bahkan bisa diantisipasi. Kalaupun tidak tindakan reflek dan sikap cekatan dapat segera diambil untuk penanganan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya." (QS: 12-12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar