Rabu, 18 Agustus 2010

Nurani sebagai filter kebenaran

Klaim kebenaran selalu muncul dari satu orang ke orang lain, dari satu kelompok ke kelompok lain. Lalu siapakah di antara mereka yang mengklaim kebenaran itu benar-benar benar? Untuk mengukurnya tentu kita harus memiliki kriteria tertentu berdasarkan referensi tertentu dan alat ukur yang tertentu pula.
Pada dasarnya setiap manusia dibekali oleh Sang Maha Pencipta dengan akal, rasa dan hati/ nurani. Namun tentunya akal, rasa dan hati/ nurani tersebut ada yang berkembang dengan sangat baik, tapi ada pula yang berkembang sangat lamban tergantung dari banyak hal yang mempengaruhinya. Misalnya konsumsi lahir atau batin yang masuk ke dalam raga dan jiwanya. Faktor lingkungan menjadi kunci utama perkembangan modal dasar tersebut. Lingkungan yang baik akan menjadi bekal berkembang dengan baik. Tetapi lingkungan yang buruk akan menjadi bekal dasar tersebut terhambat perkembangannya.
Lingkungan utama adalah keluarga. Kecukupan keluarga akan materi ditambah kebaikan mental/ ruhiah orang tua dan para saudara akan sangat membantu perkembangan modal dasar tersebut.
Lingkungan kedua adalah teman sepermainan/ sekolah, baik yang berasal dari tetangga dekat maupun tetangga jauh akan menjadi faktor pengaruh yang kuat dalam membentuk dan mensukseskan perkembangan modal dasar tersebut.
Kembali ke persoalan utama yang sering diributkan oleh banyak manusia yang senantiasa berargumentasi untuk mempertahankan 'kebenaran diri' masing-masing, maka sudah sepantasnya kita sebagai bagian dari masyarakat tersebut untuk dapat menggunakan modal dasar tersebut untuk mencek dan mengverifikasi informasi-informasi yang berkembang dan selalu diklaim kebenarannya oleh para pengikut setianya.
Hati/ Nurani adalah tools utama yang dapat mencek dan memverifikasi data-data yang berkembang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar